Gubernur Sulawesi Tenggara , Nur Alam, mengimbau masyarakat Sultra secara umum agar hari raya kurban dijadikan sebagai wadah untuk memperkokoh kebersamaan antara sesama muslim dalam menjalani kehidupan ini.
"Hari kurban ini bisa dijadikan sebagai alat untuk memperkokoh kebersamaan masyarakat dan memberbesar kebedulian kita terhadap kaum dhuafah," kata Nur Alaam, saat memberikan pesan kepada ribuan jamaah salat Idul Adha di Alun Alun Kota Kendari, Rabu.
Ia mengatakan, perbedaan pelaksanaan shalat Idul Adha yang terjadi saat ini jangan dijadikan sebagai perbedaan untuk mencari siapa salah dan benar, tetapi perbedaan ini harus dijadikan sebagai rahmat dan rasa syukur kepada tuhan.
"Perbedaan pelaksaan shalat id saat ini harus kita maknai sebagai suatu rahmat dari Tuhan yang harus kita syukuri," katanya.
Sementara itu, Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Sultra, Abdul Musi yang bertindak selaku khatib, mengatakan, inti pelaksanaan hari kurban adalah rasa syukur kepada Tuhan dengan cara membagikan daging kurban kepada warga yang berhak dan membutuhkan.
"Selain itu, kita juga dituntut untuk mengikuti jejak Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang siap mengorbankan sesuatu apapun juga demi ketaatannya kepada Allah," katanya.
Ia mengatakan, musibah yang melanda Indonesia saat ini seperti yang terjadi di Wasior, letusan Merapi Yogyakarta dan tsunami di Mentawai, membutuhkan sikap pengorbanan dan keikhlasan dari umat untuk ikut berbagi dengan para korban bencana tersebut.
"Para korban bencana Wasior, Merapi dan Mentawai saat ini menantikan pengorbanan kita," kata Abdul Muis.
Bertindak sebagai imam pada pelaksaan shalat Idul Adha di lokasi ini adalah Muryidik. Shalat Ied diikuti oleh sekitar 10 ribu jamaah yang memadati alun-alun Kota Kendari yang datang dari berbagai tempat di Kota Kendari.
Sedangkan pihak Panitia hari besar Islam melaporkan bahwa hewan kurban yang terdaftar untuk dikurbankan pada PHBI sebanyak 138 ekor sapi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar