Kamis, 06 Januari 2011

hasil wawancara tentang sex in the kost

GAUL BEBAS DI KOST

Pergaulan bebas belakangan ini sedang marak di kalangan remaja, tetapi siapa sangka jika hal tersebut dilakukan di kost-kostan, pelakunya pun masih berstatus mahasiswa. “Kost tu tempat yang murah, nyaman, dan menyenangkan untuk bergaul dan bergumul dengan pacar..”ujar Aji, seorang mahasiswa yang mengaku sebagai pecinta wanita.



Sebuah kebebasan, yang biasa menjadi tujuan seorang pelajar atau mahasiswa jika memilih untuk hidup mandiri dengan ngekost. Atau berawal dari pendidikan yang harus ditempuh di tempat yang jauh dari rumah. Tidak terlalu banyak mahasiswa yang benar-benar bisa memanfaatkan kebebasan tersebut dengan hasil atau prestasi belajar yang memuaskan. Seperti yang diungkapkan Rafiq, mahasiswa angkatan 2004 yang hingga kini belum menyelesaikan program serjananya, “Kemarin sibuk main, jadi sekarang ngerjain skripsi kaya kebakaran jenggot. Mesti buru-buru”. Tak jauh dengan pengalaman tersebut, Maharani juga harus lulus dari program sarjana dengan waktu kurang lebih 7 tahun. Mahasiswi tomboy lulusan Institut seni Indonesia jurusan perkusi ini, sibuk dengan berbagai kegiatan diluar kampus dan pergaulan membawanya untuk selalu menunda kelulusannya.


Kost menyediakan berbagai fasilitas yang menggiurkan, salah satunya privasi seutuhnya, yang mungkin tidak diperoleh sebelumnya. Penggunaanya pun variatif, dari hal baik hingga yang berbau dengan negatif. Salah satu yang beranggapan bahwa kebebasan hanya dapat diperoleh diluar rumah adalah Edi, “Mana aku bisa bawa pacarku nginep kalo masih tinggal sama ortu”. Jika di kost ia bisa melakukan apa saja, tanpa harus ditegur atau dilarang oleh orang tua, termasuk membawa wanita untuk menginap. Ketika ditanya tentang wanita yang selalu dibawanya, ia menjawab “Bukan pacar asli sih, pacar untuk semalem aja”. Ia mendapatkan wanita tersebut hanya dari perkenalan di sebuah klub atau ditempat nongkrong yang kemudian berujung di kamar kost. Menurut Edi, saat muda harus dipergunakan untuk mencapai kesenangan yang mungkin tidak didapatkannya ketika ia menikah dan berkeluarga nanti.


Edi bukan satu-satunya mahasiswa yang berpendapat demikian. Sebut saja Aji, ia juga melakukan hal yang sama. Menurutnya kost adalah tempat yang paling nyaman untuk melakukan apa saja, karena selain privasi terjaga ia juga terlepas dari larangan-larangan yang selama ini membatasinya. Baginya bisa berhubungan intim dengan banyak wanita adalah sebuah kebanggaan, “Nggak semua laki-laki bisa ngelakuin itu loh” jelasnya. Dan semua hal itu ia lakukan di kost, ia mengaku tidak takut dengan ibu kos karena sejak ia masuk ke kos tersbeut tidak aturan yang melarang membawa tamu menginap, baik pria ataupun wanita.


Aji juga menjelaskan bahwa wanita yang diajaknya menginap tidak pernah sama karena ia mudah merasa bosan dengan seorang wanita. Ia mendapatkan wanita dengan berkenalan di club atau lewat jejaring sosial internet seperti facebook atau chatting. Bahkan beberapa kali ia juga mendapatkan wanita dengan ‘membeli’, “Kalau pas nggak dapet cewek, biasanya aku beli ayam kampus gitu. Lagian mereka lebih aman walaupun mahal” ujarnya. Sejauh ini ia masih merasa aman, dan tidak ada kendala karena ia melakukan hal tersebut dengan menggunakan pengaman.


Nada yang sama dikemukakan oleh Maharani, ia beranggapan bahwa sesorang jika ingin gaul secara total harus berada dalam lingkungan yang bebas dari aturan. Setidaknya aturan wajib, seperti aturan orangtua. “Sejak ngekos, aku lebih bebas melakukan apa saja” ujarnya, ia juga mengenal pergaulan bebas yang membuatnya sekarang menjadi seorang lesbian. Sebenarnya ia telah merasa keanehan dalam dirinya yakni menyukai sesama wanita sejak lama. Namun hal tersebut tidak tertindak lanjuti karena pengawasan orangtua yang begitu mengikatnya. Setelah ia hidup sendiri di kos, ia mulai mengenal dunia lesbian lebih dalam. Apalagi teman satu kost juga ada yang berorientasi seksual sama.


Pergaulan bebas menjadikan banyak orang terjerumus, tetapi semua itu pilihan. Seperti pendapat Andra tentang pergaulan bebas yang terjadi saat ini, “Keinginan untuk menjadi baik atau tidak, semua tergantung pribadi masing-masing” .







Tidak ada komentar:

Posting Komentar