Kamis, 09 September 2010
Dubes Rusdihardjo Beberkan Kekuatan Militer Malaysia
Jakarta, 23 Maret 2005 17:06
Rapat dengar pendapat Komisi I DPR dengan Rusdihardjo dinyatakan tertutup dari wartawan karena Dubes RI untuk Malaysia itu akan membeberkan manuver dan pengerahan kekuatan militer Malaysia, terkait dengan kasus sengketa blok Ambalat antara RI dan Malaysia.
"Kami akan menjelaskan kekuatan-kekuatan di Malaysia dan deployment militer di sana. Tapi kami minta pertemuan ini tertutup," kata Rusdihardjo dalam raker yang dipimpin Ketua Komisi I DPR Theo L. Sambuaga itu di DPR, Rabu.
Theo lalu meminta para wartawan dan kamerawan yang mengikuti sidang sejak pukul 10.00 WIB itu keluar dari ruangan rapat Komisi I DPR pada pukul 14.00 WIB.
Rapat kerja itu sebelumnya membahas berbagai isu aktual seperti soal permintaan maaf Dubes Rusdihardjo kepada Pemerintah Malaysia sehubungan dengan pembakaran bendera Malaysia yang dilakukan oleh demonstran di Indonesia.
Permintaan maaf itu dikecam oleh sejumlah anggota Komisi I DPR seperti Slamet Efendy Yusuf dari FPG. Menurut Yusuf, Dubes tak perlu meminta maaf karena protes dengan membakar bendera itu merupakan hal yang wajar dalam suatu situasi konflik saat ini.
Rusdihardjo menanggapi pernyataan anggota Komisi I itu dengan mengatakan bahwa pernyataan maaf itu berguna untuk melindungi warga Indonesia yang masih ada di Malaysia. "Dengan cara itu kami melindungi warga RI dari kemarahan warga Malaysia," katanya.
Isu TKI di Malaysia juga menjadi pembiacaraan menonjol yang mendominasi raker tersebut. Dubes Rusdihardjo mengatakan bahwa di Malaysia memang ada sindikasi yang merugikan para TKI di Malaysia. Diakatakan bahwa para TKI sering harus bekerja selama lima bulan tanpa digaji. "Itu karena mereka harus membayar sindikat. TKI baru dibayar setelah lebih dari lima bulan bekerja," katanya.
Bagi TKI yang bekerja di sektor prostitusi, kata Rusdihardjo, para cukong sindikat itu tidak membayar TKW Indonesia sampai yang bersangkutan melayani 200 pria. "setelah melayani 200 laki-laki, mereka baru dibayar," kata Dubes.
Rusdihardjo mengatakan bahwa sindikat TKW Indonesia di Malaysia bukan hanya melukai para TKW dengan kasus-kasus pemerkosaan. "Setelah diperkosa, mereka dipelihara saat hamil. Setelah itu anak yang dilahirkan diperjualbelikan," katanya. [TMA, Ant]
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar