Kamis, 09 September 2010

ANALISIS PERANG FRONTAL INDONESIA - MALAYSIA


Analisa perang ini, dengan asumsi bahwa kedua negara tidak melibatkan negara lain dalam perang ini :


KEKUATAN ARMADA MASING - MASING NEGARA:
INDONESIA

Kekuatan Indonesia ada pada:

  • Senjata anti-udara: Indonesia telah membeli peralatan anti udara paling mutakhir dari Rusia
  • Skill dan pengalaman prajurit: Ketangguhan prajurit TNI memang tidak usah diragukan lagi, ketangguhan prajurit TNI bisa disejajarkan dengan prajurit AS atau Rusia
  • Jumlah anggota armada perang: Jumlah prajurit Indonesia yang siap tempur adalah sekitar 10x lipat prajurit Malaysia, belum lagi jika ada milisi dari pihak sipil, conscription/wajib militer, serta pembelot dari pihak Malaysia
  • Kelihaian dalam menggunakan taktik: Indonesia adalah rajanya pertempuran gerilya serta maritim, sedangkan Malaysia relatif lebih tidak berpengalaman dalam pertempuran gerilya.
  • Kelemahan Indonesia:

  • Teknologi senjata: Secara keseluruhan relatif lebih rendah dari Malaysia, Malaysia kebanyakan menggunakan senjata berteknologi canggih, sedangkan Indonesia menggunakan armada dari tahun 70 dan 80'an
  • Logistik perang: Amunisi diprediksikan akan sulit didapat karena embargo persenjataan oleh AS, belum lagi pemboikotan penggunaan armada perang buatan negara-negara sekutu Malaysia, meskipun Indonesia sebenarnya bisa memproduksi sendiri
  • MALAYSIA
    Kekuatan Malaysia ada pada:

  • Armada udara: Armada udara Malaysia terdiri dari pesawat - pesawat canggih buatan AS dan Rusia, dimana pesawat-pesawat tersebut dilengkapi air to air sidewinder missile serta air to ground missile, memungkinkan dukungan terhadap armada darat atau laut Malaysia secara menyeluruh.
  • Teknologi senjata: Senjata Malaysia memiliki teknologi terbaru, dibanding Indonesia yang bahkan masih menggunakan AK-47 sebagai senapan serbu.
  • Dukungan penuh atas logistik perang: Malaysia tidak diembargo oleh negara manapun, dan Malaysia cukup kaya untuk membiayai perang.
  • Kelemahan Malaysia:

  • Ketangguhan prajurit yang kurang: Prajurit Malaysia relatif "manja", mereka membawa makanan serta minuman kaleng sebagai logistik perang, yang membuat pergerakan mereka menjadi lamban dan stamina mereka cepat menurun. Disamping itu, prajurit Malaysia juga kurang terlatih dalam pertempuran gerilya.
  • Mobilitas armada yang buruk: Armada Malaysia bisa diblokir dengan mudah oleh lawan, lihat analisis di bawah
  • Jumlah angkatan perang yang jauh lebih kecil dari Indonesia: Telah dijelaskan di atas.
  • SKEMA PERTEMPURAN
    Untuk kasus di Sipadan, Ligitan, dan Ambalat, militer Indonesia diuntungkan dengan posisi ketiga lokasi itu yang tidak jauh dari wilayah NKRI. Beberapa pangkalan TNI di Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Sulawesi Selatan, dapat dijadikan pangkalan laju bagi TNI. Sehingga praktis jalur dukungan militer bagi TNI bukan menjadi kendala saat "beroperasi" di tiga lokasi itu.

    Bagaimana dengan kekuatan militer Malaysia?

    Secara geografis, Malaysia terbagi menjadi 2 wilayah besar, yaitu wilayah Semenanjung dan wilayah di Kalimantan Utara. Malaysia bisa jadi menggunakan kekuatan militerya di daerah Kalimantan Utara sebagai barisan pertama dalam menghadapi TNI di Sipadan, Ligitan, dan Ambalat.

    Dimungkinkan pasukan laut akan beroperasi di tiga lokasi itu. Bahkan, dimungkinkan juga pasukan darat Malaysia akan melakukan infiltrasi ke wilayah darat NKRI. Tujuannya untuk melebrakan front pertempuran atau mungkin untuk memutus jalur dukungan militer TNI. Perbatasan darat antara Indonesia dan Malaysia di Kalimantan memang memungkinkan untuk terjadinya penyusupan.

    Saat militer Malaysia melakukan infiltrasi ke wilayah darat NKRI, kekuatan organik TNI yang berada di Kalimantan akan menghadapinya. Sejumlah pasukan TNI yang didatangkan dari wilayah terdekat, yaitu Sulawesi dan Jawa, akan membantu pertahanan di wilayah Kalimantan. Pertempuran di hutan sangat bisa terjadi. Di sini pengalaman TNI jauh lebih teruji daripada ATM, setidaknya dari berbagai pengalaman tempur di operasi-operasi militer sebelumnya (mulai tahun 1948 hingga era 1990an).

    Secara geografis, 2 wilayah besar Malaysia dipisahkan oleh wilayah NKRI, yaitu Kepulauan Natuna. TNI dapat melakukan intersep terhadap armada ATM dari wilayah Semenanjung yang akan dikirim ke wilayah di Kalimantan Utara. Dengan dukungan dari pangkalan TNI di sekitar Natuna, seperti di Pontianak, Bangka Belitung, dan Pekanbaru, maka poros halang TNI terhadap ATM di wilayah selatan Laut Cina Selatan akan semakin kuat.

    Bilamana kekuatan ATM dapat dipecah dan terkonsentrasi di 2 wilayah besar Malaysia, maka TNI akan semakin mudah menguasai pertempuran. Dengan terhambatnya jalur dukungan militer ATM di wilayah Kalimantan Utara, maka kekuatan ATM di wilayah itu akan semakin terpojok.

    Dengan kata lain, TNI berhasil melokalisir front pertempuran dan menutup jalur militer ATM. Dalam hal ini TNI telah menang satu langkah.

    Saat menyadari kekuatan ATM di Kalimantan Utara berhasil dilokalisir dan dipatahkan oleh TNI, dimungkinkan pihak Malaysia akan membuka front pertempuran di lokasi lain. Di antaranya ialah menembus blokade laut di wilayah Natuna atau justru malah mencoba masuk ke wilayah NKRI lain seperti Aceh, Sumatera Utara, Riau, dan Kepulauan Riau yang memang berbatasan langsung dengan Malaysia.

    Di sini TNI juga telah menyiagakan kekuatan di pangkalan-pangkalan yang ada di wilayah itu. Bahkan dukungan dari wilayah lain seperti dari wilayah Sumatera bagian selatan, Jawa, dan bahkan Nusa Tenggara, diposisikan siap untuk mempertahankan wilayah NKRI dan mengusir semua musuh dari setiap wilayah NKRI.

    Yang pasti, saat TNI mampu membuat dan mempertahankan blokade terhadap kekuatan militer Malaysia, maka saat itu pula kekuatan militer Malaysia dapat diperkirakan kekalahannya.

    Perang ini sangat berpotensi membuat Perang Dunia III berkobar, serta mungkin kehancuran dari dunia, karena kemungkinan dari penggunaan senjata pemusnah massal nuklir dan hidrogen bila pecah perang antara negara - negara adikuasa yang menjadi sekutu Indonesia dan Malaysia sangat besar. Seandainya Indonesia dan Malaysia berperang tanpa melibatkan sekutu - sekutunya, Indonesia dapat memenangkan pertempuran hanya dalam waktu sekitar 3 hari saja, jika skenario di atas benar - benar terjadi.

    ASELI TULISAN DEDEN "C.A", DARI BERBAGAI SUMBER


    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar