Dengan meningkatnya jumlah tahun wanita muda berstatus belum menikah (single), kemungkinan melakukan hubungan seksual sebelum menikah dan mengalami kehamilan tidak diinginkan juga meningkat. Pada banyak masyarakat Asia dan Pasifik, remaja perempuan peka sekali terhadap resiko yang berhubungan dengan hubungan seksual yang keliru dan tidak terlindungi, seperti halnya akibat yang merugikan yaitu kehamilan remaja (ESCAP, 2001). Sebagai konsekuensi, dapat terjadi peningkatan proporsi kelahiran dari remaja wanita belum kawin. Kecenderungan ini dapat tetap berlanjut jika mereka tidak menggunakan suatu metode untuk mencegah kehamilan seperti penggunaan kontrasepsi.
9.1 Pacaran
Dalam kehidupan remaja, pacaran didefinisikan oleh mereka sebagai hubungan romantis antara orang dan dipertimbangkan sebagai suatu langkah untuk menemukan seseorang yang khusus untuk persahabatan serta berbagai pengalaman. Dalam Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) 2007, responden ditanyakan apakah mereka sudah pernah mempunyai pacar, yang telah didefinisikan dalam daftar pertanyaan sebagai seorang lawan jenis dengan siapa responden mempunyai hubungan romantis. Data SKRRI Prov. Jambi 2007 menunjukkan 25 persen pria berkata bahwa mereka belum pernah mempunyai pacar, dibandingkan dengan 16 persen wanita.
Untuk orang muda, pacaran yang pertama kali pada umumnya diingat sebagai suatu peristiwa penting dimana dia telah menarik perhatian lawan jenisnya. Pacaran yang pertama kali dapat mendorong kearah suatu suatu hubungan jangka panjang lebih serius dengan orang dari lawan jenisnya. Umur pertama kali pacaran, baik pada wanita maupun pria sebagian besar pada usia 15-17 tahun, proporsi wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria, yakni 53 persen berbanding 39 persen. Secara umum, persentase wanita dan pria mulai pacaran pada umur yang lebih muda relatif sama. Dua puluh persen wanita dan pria menyatakan bahwa mereka mulai pacaran sebelum mencapai umur 15 tahun. Wanita dan pria yang lebih tua, tinggal didaerah perkotaan dan berpendidikan lebih tinggi cenderung mengatakan bahwa mereka pernah pacaran.
Dalam SKRRI 2007, kepada responden ditanyakan berbagai kegiatan yang dilakukan bila sedang pacaran, termasuk berpegangan tangan, berciuman dan petting (meraba/merangsang bagian tubuh yang sensitif). Data SKRRI Prov. Jambi 2007 menunjukkan bahwa perilaku yang lebih sering dilakukan remaja dalam pacaran adalah berpegangan tangan (72 persen pria dan 65 persen wanita). Secara umum, remaja pria cenderung lebih banyak melaporkan perilaku berciuman bibir (37 persen dibanding 16 persen pada wanita). Demikian juga dengan perilaku meraba/merangsang bagian tubuh yang sensitif (24 persen pria dibanding 3 persen pada wanita).
Secara umum responden umur 20-24 tahun, tinggal di perkotaan dan berpendidikan tinggi cenderung lebih banyak melakukan ciuman bibir dan meraba/merangsang bagian tubuh yang sensitif dalam berpacaran daripada responden yang lebih muda (berumur 15-19 tahun).
Pengalaman Seksual
9.2.1 Pendapat Tentang Hubungan Seksual Sebelum Menikah
Pada SKRRI 2007, responden ditanyakan pendapat mereka mengenai kebiasaan dalam berpacaran dan berhubungan seksual. Karena hubungan seksual sebelum menikah belum dapat diterima oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, responden pertama kali ditanyakan pendapat tentang hubungan seksual sebelum menikah, pentingnya keperawanan seorang wanita sebelum menikah dan pengalaman teman yang pernah melakukan hubungan seks.
Seperti yang diharapkan, pendapat yang mendukung perilaku hubungan seksual sebelum menikah sangat rendah. Secara umum, wanita yang setuju dan menerima perilaku hubungan seksual sebelum menikah lebih sedikit daripada pria. Hanya 4 persen pria dan yang menyetujui adanya hubungan seksual sebelum menikah bagi wanita. Sedangkan responden yang menyetujui pria melakukan hubungan seksual sebelum menikah, terlihat lebih tinggi yaitu 14 persen dari pria dan 1 persen dari wanita.
Tidak ada perbedaan yang signifikan diantara responden menurut tempat tinggal (perkotaan dan perdesaan) yang setuju hubungan seksual sebelum menikah bagi wanita. Namun, suatu pola muncul pada perbedaan pendapat pada tingkat pendidikan. Menurut tingkat pendidikan, responden yang lebih tinggi tingkat pendidikannya tidak sependapat mengenai menerima hubungan seksual sebelum menikah bagi pria. Hal ini juga terjadi ketika responden ditanyai mengenai menerima hubungan seksual sebelum menikah bagi wanita.
Berdasarkan umur, terlihat adanya perbedaan persetujuan perilaku hubungan seksual sebelum menikah bagi pria diantara responden yang lebih tua daripada responden yang lebih muda. Sebagai contoh, 10 persen responden yang berusia 15-19 tahun menyetujui hubungan seksual sebelum menikah bagi pria dibanding responden yang berusia 20-24 tahun (8 persen). Responden berusia lebih muda (15-19 tahun) cenderung lebih menyetujui hubungan seksual sebelum menikah bagi wanita dibandingkan responden yang lebih tua (20-24 tahun) (3 persen berbanding 1 persen).
Bagi pria ada 4 alasan yang sering dinyatakan untuk menyetujui hubungan seksual pranikah yang persentasenya relatif sama yaitu menyukai hubungan seksual, pasangan saling mencintai, menunjukkan rasa saling mencintai dan merencanakan untuk menikah yaitu masing-masing sebesar 80 persen. Sedangkan pria yang setuju hubungan seksual pranikah dengan alasan bahwa mereka mengetahui akibat hubungan seksual pranikah adalah sebesar 77 persen.
9.2.2 Pendapat Tentang Keperawanan
Seperti diperkirakan, keperawanan dinilai tinggi diantara pria dan wanita. Hampir semua pria dan wanita menganggap penting bagi seorang wanita untuk mempertahankan keperawanannya (97-98 persen). Persepsi ini tidak banyak perbedaan berdasarkan umur atau daerah tempat tinggal. Namun, remaja pria dan wanita yang tidak/belum tamat SD lebih sedikit yang mengatakan bahwa penting bagi seorang wanita untuk mempertahankan keperawanannya dibandingkan mereka yang berpendidikan tinggi.
Kepada responden juga ditanyakan pendapat mereka apakah pria pada umumnya masih menganggap penting keperawanan calon istri sebelum menikah. Secara keseluruhan, 88 persen wanita dan 92 persen pria berpendapat bahwa seorang pria masih menganggap penting keperawanan calon istri mereka. Secara nasional, dibandingkan dengan SKRRI 2002-2003, terjadi kenaikan persentase responden yang berpendapat bahwa seorang pria masih menganggap penting keperawanan calon istrinya (87 persen dan 73 persen).
9.2.3 Pengalaman Seksual
Dalam SKRRI Prov. Jambi 2007, kepada responden diajukan pertanyaan tentang pengalaman seksual yang pernah dilakukan. Secara umum, hanya 3 persen pria yang pernah menyatakan pernah melakukan hubungan seksual, sedangkan responden wanita menyatakan tidak pernah. Terlihat perbedaan dalam pengalaman seksual diantara wanita menurut umur, tempat tinggal dan pendidikan. Wanita dengan pendidikan yang lebih tinggi (SMTA+) dua kali lebih banyak pengalaman melakukan hubungan seksual daripada wanita yang berpendidikan tidak/belum tamat SD. Sedangkan pada pria, mereka yang berusia 20-24 tahun jauh lebih banyak yang berpengalaman melakukan hubungan seksual daripada pria yang berusia lebih muda. Pria yang tinggal diperkotaan dua kali lebih banyak pernah melakukan hubungan seksual daripada pria yang tinggal di perdesaan. Persentase yang pernah melakukan hubungan seksual hampir sama antara pria berpendidikan tinggi (SMTA+) dengan pria yang berpendidikan pria yang tidak/belum tamat SD.
Hasil survey menunjukkan adanya asosiasi kuat antara sikap responden terhadap hubungan seksual pranikah dan perilaku seksual. Antara 1 persen wanita dan 4 persen pria yang menerima hubungan seksual pranikah ternyata secara aktif pernah melakukan hubungan seksual.
Dalam SKRRI 2007, kepada responden ditanyakan tentang alasan melakukan hubungan seksual pranikah yang pertama kali. Secara keseluruhan alasan melakukan hubungan seksual pranikah yang pertama kali hanya dinyatakan oleh responden pria. Rasa ingin tahu merupakan yang paling banyak disebutkan sebagai alasan melakukan hubungan seksual (46 persen pria). Alasan berikutnya yang disebutkan responden adalah terjadi begitu saja (16 persen pria) dan lainnya (38 persen pria). Sedangkan alasan lainnya seperti dipaksa pasangannya, perlu uang untuk hidup/sekolah, ingin menikah dan pengaruh temannya tidak berpengaruh dalam survey ini (gambar 9.3). Pria lebih muda cenderung melakukan hubungan seksual pertama kali pada usia yang lebih muda daripada pria yang lebih tua. Data yang diperoleh menunjukkan adanya sedikit variasi menurut daerah tempat tinggal, tetapi tidak ada pola yang jelas bila dilihat menurut tingkat pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar