Ditiap relung masih tersisip jelas bayanganmu..
Kerinduan menyapa dengan sejuta pancaran nirwana…
Bahasa lidah berisyarat mengaharap kehadiranmu..
menjadi sebuah pelabuhan saat hati’Q tak menemukan dermaga….
namun….
sebisa diriku menguatkan hati…
tuk menahan asa yang tak mungkin terwujud…
saat menyaksikan bayang itu tlah menghilang di pekatnya malam…
walau harus’Q teteskan…
bening air mata yang berkaca-kaca…
mengalir membasuh wajahku yang layu….
hingga menyentuh bibirku…
tapi aku tetap tersenyum untukmu…dan berkata “pergilah kau tuk slamanya”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar